Jumat, 05 November 2010

Mengapa Diplomasi?

          Dahulu, ketika sekali lagi Malaysia menerobos perbatasan NKRI-Diraja Malaysia, Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa akan ditempuh jalan diplomasi. Hal ini sangat bertentangan dengan keinginan rakyat, yaitu perang. Rakyat sangat mengharapkan di belakang SBY berbaris ribuan pasukan TNI. Tetapi, mengapa SBY malah menyatakan diplomasi, padahal sudah jelas bahwa kita selalu kalah di dalam diplomasi internasional?


          Ternyata, bukan masalah kalah dalam diplomasi, tetapi kebijaksanaan SBY untuk tidak maju peranglah hal yang utama, meski tersembunyi. Mungkin kita bisa berpikir bahwa pasukan TNI kita kuat, jauh lebih banyak dari pasukan Diraja Malaysia, tapi coba lihat dahulu bukti bahwa Malaysia pasti menang perang jika melawan Indonesia:
  1. Malaysia memiliki sekutu militer, sedang Indonesia tidak. Ini dibuktikan dengan bahwa Malaysia merupakan anggota dari Commonwealth Britania Raya, yang ketuanya Ratu Inggris, HM Queen Elizabeth II. Tentu berperang dengan Britania Raya bukan ide baik. Berperang dengan Britania Raya(Inggris) sama saja dengan berperang melawan sekutu. Bayangkan kita melawan Inggris saja sudah payah, apalagi ditambah Prancis, Amerika Serikat, serta negara-negara NATO dan anggota Commonwealth.
  2. Militer Malaysia dipasok Inggris, tetapi kita bekas Belanda. Ketika kapal-kapal Diraja Malaysia dapat berlari dari kapal Indonesia buatan tahun 45-an, itu berarti suatu saat, ketika terjadi perang, kapal Malaysia dapat menembak dan mengejar kapal Indonesia dengan cepat. Bayangkan saja kapal kita berjalan seperti siput dan harus mengejar seekor jangkrik yang melompat-lombat. Sulit bukan?
  3. TNI memiliki persenjataan buruk. Banyak kapal NKRI yang rusak, karatan, dan tua. Senjatanya pun, baik senjata artileri, tank, atau senjata manual, sudah sangat kuno. Jumlahnya pun dibanding dengan pasukan Commonwealth sama dengan 1:1000.
  4. Mental rakyat Indonesia bobrok. Ketika kita dahulu pertama kali berperang melawan Malaysia, semangat kemerdekaan masih ada, meski sudah pudar. Apalagi sekarang, sesudah 65 tahun lewat. Tentu semangat itu sudah menghilang. Jika awalnya saja beramai-ramai perang, ketika sudah penghujung kekalahan, mungkin semuanya mengungsi ke Istana Ratu Kidul.
  5. Sekutu Malaysia memiliki mata-mata(satelit).
  6. Malaysia memiliki pengaruh kuat di utara Borneo. Ini artinya, tidak menutup kemungkinan rakyat di perbatasan memilih untuk memihak Malaysia daripada Indonesia, yang tidak memedulikannya.
Itulah pertimbangan SBY untuk tidak perang, apalagi anggota Commonwealth yang cukup kuat, Australia, tepat di selatan Nusantara. Jadi jika anda tetap bersikukuh bahwa SBY pengecut, mungkin anda akan tahu sendiri mengapa SBY memilih perdamaian dibanding peperangan.

0 komentar:

Posting Komentar